Janganlah Menunggu Hebat Untuk Memulai Sesuatu, Tp Mulailah Sesuatu Untuk Menjadi Hebat

Thursday 19 May 2011

sepenggal kisah di dalam bis

Berakhir sudah rangkaian libur cuti dadakan. Malam itu aku pun bersiap untuk kembali ke tempat tugas. Kupilih bis yang berangkat paling awal dan tanganku menunjuk nomor tiga belas menjadi tempat duduk selama perjalanan.

Jam 7 lebih sekian aku pun memasuk bis yang masih kosong. Sesuai jadwal, bis akan berangkat jam 8 malam. Lirik kanan kiri sebentar dan saya dapatkan kursi bernomor 13. Setelah menata tas di bagasi atas, saya pun bersiap istirahat, tp ternyata rencana saya tidak berjalan mulus. Sandaran kursinya tidak mau tegak, di utak utik sendiri malah tambah rusak.. hihihi..
Akhirnya tanpa rasa bersalah kucari kondektur bis dan kubilang kursinya rusak. Aku pun berjalan2 keluar sebentar sambil menunggu kursi diperbaiki. Masih ada waktu beberapa puluh menit. Baru berkeliling sebentar aku kembali lagi menuju bis. Rasa lelah mengalahkan keinginanku untuk sejenak memandang bulan di atas tugu monas.

Hap.. hap.. hap..

Kulangkahkan kaki menaiki bis dan langsung menuju kursi bernomor 13. Kugoyang2kan sebentar sandarannya.. hmmm.. Alhamdulillah ternyata sudah diperbaiki. Kulihat sekeliling sudah mulai penuh, walaupun masih setengah jam lagi bisnya berangkat. Langsung kuambil semua peralatan tempur, selimut, bantal dan jaket. Tiba saatnya untuk tidur.

Eits.. Ternyata ceritanya belum selesai. Masih ada kelanjutannya. Salah satu yang kusukai dengan angkutan umum seperti bis yaitu beragam cerita ada di sana. Ada suka dan duka, tangis dan tawa bercampur dalam kungkungan besi kotak beroda enam.

cerita 1.

Malam itu, di sebelahku ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan ketiga anaknya. Begitu mereka selesai membereskan barang bawaannya, sang ayah yang ternyata cuma nganter pun pamit kepada istri dan anak2nya. Tp ternyata anak yang paling kecil tidak mau ayahnya turun dari bis. Anak bungsunya berumur sekitar 3 tahun.

Dialognya kira-kira seperti ini.

Ayah : ati2 ya nak..
Anak : papah di sini ajah, papah jangan turun.. (sambil merengek)
Ayah : iya ayah nanti pulangnya hari sabtu ya, kan papah harus kerja dulu.
Anak : g boleh.. pokoknya ayah duduk di situ aja. (pintanya sambil menunjuk salah satu bangku yang kosong.)
Ayah : itu punya orang nak, ayah duduk di depan saja ya..
sang ayah pun pamitan lagi kepada anak2 yang lainnya dan berjalan ke arah pintu keluar bis diiringi tatapan tajam anak bungsunya. sampai di dekat pintu sang ayah pun melambaikan tangannya.
Anak : ayah jangan turun...
Pinta anaknya dengan diiringi tangis yang semakin keras. Tak tega melihatnya sang ayah pun mendatangi anaknya dan langsung mencium keningnya. Sang ayah berdiri dan terdiam. Setelah agak lama dirayu oleh ibu dan kakak2nya barulah si bungsu merelakan ayahnya turun dari bis.

Hmm... Pernahkah anda mengalaminya?
Perpisahan dengan orang-orang yang dicintai memang terkadang terasa berat atau malah sangat berat. Namun itulah bukti cintanya, terpaksa berpisah dengan anak dan istri untuk menafkahi mereka.

cerita 2.

Di bangku belakangku ada satu rombongan keluarga sekitar delapan orang. Ramai sekali.. Kukira mereka semua akan berangkat tp ternyata hanya dua orang yang berangkat. Duduknya persis di bangku belakangku. Jika ada yang menarik perhatianku adalah pesan sang ibu kepada anaknya.

Ibu : mamah minta maaf ya nak, sudah jangan kamu pikirkan wanita itu lagi. yang penting kamu jaga lila ya. Dialah hartamu. rawat dia dan jangan sampai ribut lagi dengan membawa2 lila. pokoknya jaga dia
Anak : iya mah, saya juga udah maafin dia. Saya pasti jaga cucu mamah. Mamah jangan terlalu khawatir.

Apa inti cerita kedua itu? anda tafsirkan sendiri saja. :)

Klakson bis berteriak kencang memerintahkan para pengantar untuk turun dari bis. Tampak mereka berbondong-bondong turun. Suasana bis menjadi hening, lampu besar ditengah bis pun dimatikan mempersilakan para penumpang untuk beristirahat. Terbayang kejadian2 tadi yang membuatku tahu jika semua orang tentu punya masalah. Berat ataupun ringan, besar ataupun kecil yang akan menjadi ujian dalam dinamika kehidupan di dunia fana ini.

Matakupun terpejam dan pikiranku berjalan ke lorong-lorong gelap sampai akhirnya terbersit sebaris rasa rindu yang mendalam. Rindu dengan kampung halaman, orang tua, keluarga dan semuanya.

2 comments:

  1. like this deh..
    itu baru perjalanan semalam, bagaimana dengan perjalanan 30 jam.. hehehe

    ReplyDelete
  2. hahaha...
    Alhamdulillah perjalanannya termasuk singkat..

    ReplyDelete

Pesan Formulir Komentar